BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah
Manusia sebagai makhluk social dalam interaksinya
tidak terlepas dari kebersamaan dengan orang lain. Dalam proses interaksi
tersebut terjadilah yang namanya komunikasi untuk menyampaikan maksud dan
keinginan yang ada dalam hatinya, baik berupa pertanyaan, permintaan maupun
tanggapan. Manusia yang tidak bisa berkomunikasi dengan baik maka dia akan
dikucilkan dari kehidupan social mereka. Disinilah bahasa sebagai alat
komunikasi berperan penting dalam mempertahankan hubungan social antara satu
dengan yang lainnya. Bahasa tidak hanya sebagai pengantar maksud dan keinginan
hati akan tetapi, lebih dari itu ia juga sebagai bahasa Nasional; bahasa persatuan,
bahasa pemersatu dan lain sebgainya.
Bertolak dari pemahaman kita tentang bahasa maka,
menjadi kekurangan tersendiri jika ia tidak diikuti dengan proses membaca.
Karena sejatinya membaca merupakan media pendukung tersampainya pesan yang
efektif. Bahasa yang benar jika diikuti dan menggunakan kaidah yang benar pula
yang dihasilkan dari proses membaca. Dari sinilah tampak dengan jelas kepada
kita bahwa membaca merupakan kunci utama dalam mengambil informasi-informasi
tekstual.
- Rumusan Masalah
1.
Apa Definisi Bahasa itu?
2.
Apa Saja Fungsi Bahasa Baku?
3.
Bangaimana Fungsi dan kedudukan
Bahasa Indonesia?
4.
Apakah Bahasa Indonesia sebagai
Bahasa Nasional?
5.
Apa Definisi Membaca?
6.
Bagaimana Cara Mengembangkan Minat
Baca?
7.
Apa Saja Cara Cerdas Untuk
Membaca?
8.
Bagaimana Kiat-Kiat Membaca Cepat?
- Tujuan Makalah
1.
untuk mengetahui definisi bahasa
2.
untuk mengetahui fungsi bahasa baku
3.
untuk mengetahui fungsi dan
kedudukan bahasa Indonesia
4.
untuk mengetahui kedudukan bahasa
Indonesia sebagai bahasa Nasional
5.
untuk mengetahui definisi membaca
6.
untuk mengetahui cara
mengembangkan minat baca
7.
untuk mengetahui cara cerdas
membaca
8.
untuk mengetahui kiat-kiat membaca
cepat
- Manfaat Makalah
1.
agar mahasiswa mengetahui definisi
bahasa
2.
mengetahui fungsi bahasa baku
3.
mengetahui fungsi dan kedudukan
bahasa Indonesia
4.
mengetahui kedudukan bahasa
Indonesia sebagai bahasa Nasional
5.
mengetahui definisi membaca
6.
mengetahui cara mengembangkan
minat baca
7.
mengetahui cara cerdas untuk
membaca
8.
mengetahui kiat-kita membaca cepat
BAB
II
KAJIAN
TEORI DAN PEMBAHASAN
- Pengertian Istilah-Istilah Bahasa Indonesia
1.
Definisi Bahasa
Para ilmuwan bahasa mendefinisikan bahasa dengan
banyak sekali dan dari definisi-definisi yang mereka kemukakan diantaranya
adalah sebagai berikut;
Menurut Ibnu Jini dalam Asror, 2004:5 disebutkan bahwa
bahasa adalah
“bunyi yang digunakan oleh setiap bangsa atau kaum tertentu
untuk mengemukakan ide mereka”. Pengertian ini hampir sama dengan yang
ditulis oleh syaik Musthofa al-Ghilayini, beliau menyebutkan bahasa adalah
“lafadz-lafadz
yang digunakan oleh suatu kaum untuk mengungkapkan maksud-maksud (keinginan)
mereka”.
Sedangkan Kridalaksana dan Djoko Kencono mengatakan bahwa,
“bahasa adalah
system lambang bunyi yang arbiter, yang digunakan oleh para anggota kelompok
social untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri.”
Pada kamus Webster’s disebutkan bahwa bahasa adalah alat yang sistematis
untuk menyampaikan gagasan atau perasaan dengan memakai tanda-tanda,
bunui-bunyi, gesture, atau tanda-tanda yang disepakati yang mengandung makna
yang dapat dipahami.
2.
Fungsi Bahasa Baku
Terlebih dahulu kami perlu kita ketahui fungsi bahasa.
Untuk mengetahui bahasa secara cermat marilah kita melihat beberapa pernyataan
yang dikemukakan oleh beberapa ilmuan. Wardhaugh (1972:3-8) bahwa bahasa
berfungsi sebagai alat komunikasi manusia, baik tertulis maupun lisan. Namun,
fungsi ini sudah mencakup
lima
fungsi dasar yang menurut Kinneavy disebut
expression,
information, exploration, persuasion, dan entertainment (Michel 1967:51).
Selain fungsi dasar dan fungsi umum tersebut, bahasa
mempunyai sejumlah fungsi khusus. Halliday (1970) menawarkan penjabaran
pengguanaan bahasa secara fungsional. Menurutnya ada tujuh fungsi khusus bahasa yang tampak pada penggunaan bahasa sebagai alat
komunikasi, yaitu:
- fungsi instrumental:
menggunakan bahasa untuk memperoleh sesuatu.
- fungsi regulatori:
menggunakan bahasa untuk mengontrol perilaku orang lain.
- fungsi personal, yaitu fungsi
bahasa yang tampak pada penggunaan bahasa untuk mengungkapkan perasaan
dan ide. Hal ini sebgaimana juga dikatakan oleh Andre Martinet (tokoh
Perancis) dalam bukunya ‘Elements
de Linguistique Generale’ bahwa: bahasa adalah alat penghubung atau
perantara dalam memindahkan atau mengungkapkan sesuatu melalui bunyi-bunyi
ujaran. Fungsi ini sangat tampak jelas pada bahasa yang tinggi, seperti
bahasa yang digunakan oleh seorang pengajar ketika menyampaikan atau
menjelaskan pelajarannya kepada anak didiknya di dalam kelas.
- fungsi interaksional, yaitu fungsi
bahasa yang melekat ketika digunakan untuk menciptakan interaksi dengan
orang lain.
- fungsi heuristic: menggunakan
bahasa untuk belajar dan menemukan makna.
- fungsi imajinatif:
menggunakan bahasa untuk meciptakan dunia imajinasi. Seperti kisah,
syair, pantun, drama dan sebagainya.
- fungsi representasional:
menggunakan bahasa untuk menyampaikan informasi.
Fungsi bahasa tersebut lebih lanjut oleh Halliday
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: (1)
fungsi
interpersonal : untuk membentuk, mempertahankan dan memperjelas hubungan
diantara anggota masyarakat, (2)
fungsi
ideasional: untuk menyampaikan informasi diantara anggota masyarakat, dan
(3)
fungsi tekstual: untuk
menyediakan kerangka, pengorganisasian diskursus yang relevan dengan situasi.
Ada empat fungsi yang dijalankan bahasa baku,
masing-masing fungsi pemersatu; fungsi penanda keperibadian; fungsi penambah
wibawa; dan fungsi sebagai kerangka acuan.
Fungsi pemersatu bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional terbukti dalam sejarah perkembangan bahasa kita. Bahasa Indonesia
mengikat kebhinekaan rumpun dan bahasa yang adab dengan mengatasi batas-batas
kedaerahan. Karena bahasa merupakan wahana dan pengungkap kebudayaan nasional
utama, maka fungsi dapat ditingkatkan lagi dengan mengintensifkan usaha
berlakunya bahasa baku
yang ada yang menjadi salah satu cirri manusia Indonesia modern.
Fungsi penanada yang dijalankan oleh bahasa yang baku
yang ada akan terlihat bila di dalam pergaulan dengan bahasa lain, orang
Indonesia membedakan dirinya karena penggunaan bahasa Indonesia. Kita ingin
menyatakan identitas kita lewat bahasa Indonesia. Kalau fungsi ini telah
dipraktekkan secara luas, maka bahasa Indonesia dapat dianggap melaksanakan
peranan yang penting sebagai bahasa nasional yang baku.
Fungsi ketiga bahasa Indonesia yang baku ialah yang
menduduki tempat yang tinggi pada skala tata nilai dalam masyarakat bahasa.
Gengsi yang melekat pada bahasa Indonesia yang baku karena diapakai oleh kalangan masyarakat
yang berpengaruh, menambah wibawa pada setiap orang yang dapat menguasi bahasa
dengan mahir.
Fungsi bahasa yang menyangkut kewibawaan yang tinggi
juga terlakasana kalau bahasa Indonesia dapat ditautkan dengan hasil teknologi
modern dan unsure kebudayaan yang baru. Kalau nama Inggris yang asing yang
diberikan kepada pranata (institution); lembaga bangunan indah; jalan raya yang
besar dan sebagainya, diganti dengan nama Indonesia, maka warga masyarakat
secara psikologis akan mengidentikkan bahasa Indonesia dengan masyarakat dan
kehidupan modern dan maju.
Fungsi keempat bahasa Indonesia yang baku sebagai
kerangka acuan (frame of refrence) tiada lain daripada adanya ukuran yang
disepakati secara umum tentang tapat tidaknya pamakaian bahasa dalam situasi
tertentu. Fungsi tersebut akan terpenuhi jika penggunaan suatu tolak diusahakan
diberbagai bidang seperti surat-surat remsi, bentuk surat keputusan dan
akta-akta; laporan; undangan; iklan dan pengumuman; serta sambutan, ceramah dan
pidato.(Anton Moeliono, “Budaya Jaya” no. IX, hal. 17, tahun 1976.)
3.
Fungsi dan kedudukan Bahasa
Indonesia
Salah satu masalah kebahasaan yang perumusan dan dasar
penggarapannya perlu dacakup oleh kebijaksanaan nasional dalam bidang
kebahasaan adalah fungsi dan kedudukan bahasa nasional kita, bahasa Indonesia.
Yang dimaksud dengan fungsi bahasa dalam hubungan ini adalah nilai pemakaian
bahasa yang dirumuskan sebagai tugas pamakaian bahasa itu dalam kedudukan yang
diberikan kepadanya. Yang dimaksud dengan kedudukan bahasa adalah status
relative bahasa sebagai system lambang nilai budaya, yang dirumuskan atas dasar
nilai social yang dihunungkan dengan bahasa yang bersangkutan.
Mengapa fungsi dan kedudukan bahasa Indonesia perlu
dirumuskan? Mengapa masalah fungsi dan kedudukan bahasa Indonesia perlu dicakup
kebijaksanaa bahasa Nasional dalam arti kebijaksanaan nasional mengenasi
kebahasaan? Jawaban atas kedua pertanyaan ini berhubungan erat dan isi-mengisi.
Perumusan fungsi dan kedudukan bahasa Indonesia diperlukan oleh karena
perumusan itu meungkinkan kita mengadakan pembedaan fungsi dan kedudukan antara
bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa lain. Hal itu bukan saja merugikan bagi
perkembangan dan pembakuan bahasa Indonesia, tetapi juga dapat
menyebabkan terjadinya kekacauan di dalam cara berpikir pada anak-anak kita.
Salah satu akibat yang dapat ditimbulkan oleh kekaburan pembedaan fungsi dan
kedudukan itu adalah mengalirnya unsure-unsur bahasa pada dasarnya tidak
diperlukan dari bahasa yang satu ke bahasa yang lain. Demikianlah terjadinya
pembanjiran bahasa oleh unsure-unsur yang tidak diperlukan dari bahasa-bahasa
lain, terutama bahasa Inggris. Dengan mangalairnya unsure-unsur bahasa lain ke
dalam bahasa Indonesia itu pembakuan bahasa Indonesia menjadi jauh lebih rumit
daripada yang semestinya.(Amran Halim, Budaya Jaya, No. VI, Juni 1976, hal. 195-196)
4.
Bahasa Indonesia sebagai
Bahasa Nasional
Salah satu kedudukan bahasa Indonesia adalah kedudukan
sebagai bahasa nasional. Kedudukan sebagai bahasa nasional dimiliki bahasa
Indonesia sejak dicetuskannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1982. kedudukan
ini dimungkan oleh kenyataan bahwa bahasa melayu, yang mendasari bahasa itu
telah dipakai sebagai lingua franca selama berabad-abad sebelumnya di
seluruh kawasan tanah air kita, dan bahwa di dalam masyarakat kita tidak
terjadi “persaingan bahasa”, yaitu persaingan di antara bahasa daerah yang baku
dengan bahasa daerah yang lain untuk mencakup kedudukan sebagai bahasa
nasional. Dengan demikian, pengumandangan bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional dalam Sumpah Pemuda 1982 itu tidak menimbukan kesukaran apa-apa.
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa
Indonesia berfungsi sebagai :
a.
Lambang kebanggaan kebangsaan
b.
Lambang identitas nasional
c.
Alat yang memungkinkan penyatuan
berbagai bangsa dengan latar belakang social budaya dan bahasanya masing-masing
ke dalam kesatuan kebangsaan Indonesia,
dan
d.
Alat perhubngan antar-daerah dan
antar-budaya
Sebagai lambang kebanggaan kebangsaan, bahasa
Indonesia mencerminkan nilai-nilai social budaya yang mendasari rasa kebangsaan
kita dengan melalui bahasa nasionalnya, bangsa Indonesia menyatakan harga diri
dan nilai-nilai budaya yang dijadikannya pegangan kehidupan. Atas dasar
kebanggan ini bahasa Indonesia kita pelihara dan kita kembangkan, dan rasa
kebanggaan memakainya harus kita bina.
Sebagai lambang identitas nasional bahasa Indonesia
kita junjung di samping bendera dan Negara kita. Di dalam malaksanakan fungsi
ini bahasa Indonesia haruslah memiliki identitas sendiri pula, sehingga ia
serasi dengan lambang kebangsaan kita yang lain. Bahasa Indonesia dapat
memiliki identitasnya sendiri hanya apabila masyarakat pemakainya membina dan
mengembangkannya sedemikian rupa, sehingga ia bersih dari unsure-unsur bahasa
lain, terutama bahasa asing, seperti bahasa inggris.
- Keterampilan Membaca
1.
Definisi membaca
Membaca, merupakan serangkaian kegiatan pikiran
seseorang yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk memahami suatu keterangan
yang disajikan kepada indra penglihatan dalam bentuk lambang huruf dan tanda
lainnya.
Nuttal Christine menyatakan bahwa membaca dapat
dipandang sebagai proses komunikasi, yaitu komunikasi antarpenulis (sender
‘pengirim pesan’ atau pengirim informasi’) kepada pembaca (receiver,
‘penerima pesan’) melalui sebuah teks pesan atau informasi yang ada di benak
penulis, disusun dalam bentuk kode-kode. Proses ini disebut encode.
Pembaca akan mengurai kembali kode-kode tersebut agar informasi itu dapat
diterima dan dipahami sesuai dengan pesan atau informasi yang dikirim oleh
penulis lewat bacaan. Proses ini sering disebut decode.
Membaca merupakan proses komunikasi. Membaca dapat
juga dikatakan sebagai suatu kerja yang aktif dan interaktif. Dikatakan aktif
karena pembaca akan secara aktif mencari informasi baik yang tersirat maupun
yang tersurat dalam teks, sedangkan yang dimaksud dengan interaktif adalah
timbulnya proses informasi antara penulis dan pembaca. Pembaca akan menangkap,
memahami ide atau pesan penulis yang dituangkan dalam bentuk tulisan.
Membaca yang dianggap sebagai proses memahami makna,
tentunya akan menjadikan seseorang terus berpikir untuk memahami makna yang
terkandung dalam tulisan. Semakin banyak seseorang membaca, semakin tertantang
seseorang unuk terus berpikir terhadap apa yang telah mereka baca. Benarlah apa
yang dikatakan Wallace
dan Temple
yang menyatakan bahwa membaca dapat menimbulkan seseorang merasa tertantang
untuk berpikir.
Dikatakan lebih lanjut, meskipun membaca sangat
terkait dengan berbicara, tetapi belum tentu semua orang yang berbicara
berkesempatan untuk membaca. Untuk itu, diperlukan strategi tersendiri dalam
membaca, agar proses membaca dapat lebih baik sebagaimana yang diharapkan. Hal
inilah yang dimaksud oleh Wallace
dan Temple
bahwa dalam membaca diperlukan strategi yang kompleks.
2.
Mengembangkan Minat Baca
Factor-faktor yang dapat mempengaruhi minat baca dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu personal (individu) dan yang bersifat
instutisional. Factor-faktor personal antara lain: intelegensia, usia, jenis
kelamin, kemampuan membaca, sikap, dan kebutuhan psikologis. Adapun yang
bersifat institusional meliputi tersedianya bahan bacaan yang sesuai, latar
belakang status social ekonomi dan kelompok etnis, pengaruh teman sebaya, orang
tua, televise serta film.
Menurut Poul, strategi pengembangan minat baca
mencakup tiga dimensi. Dimensi tersebut meliputi edukatif pedagogik, dimensi
sosiokultural, dan dimensi psikologik. Dari ketiga dimensi tersebut dapat kami
jelaskan sebagai berikut :
a.
Dimensi Edukatif Pedagogik
Strategi pengembangan dari
dimensi ini antara lain dengan:
1)
Perlu diajarkan dan dilatih metode
dan teknik-teknik membaca yang tepat. Sebagai motivator dari langkah ini adalah
guru bahasa.
2)
Perlu diprogramkan tugas membaca
disertai keharusan membuat laporan, baik bidang studi, bacaan wajib per-mata
pelajaran, bacaan bebas memilih, maupun bacaan yang hanya untuk kesenangan.
Sebagai motivator dalam langkah ini adalah guru dari masing-masing bidang
studi.
3)
Interaksi kelas perlu diselingi
dengan membaca tanpa bersuara tentang bahan pelajaran yang sedang dibahas. Guru
jangan memborong seluruh alokasi waktu dengan penjelasan-penjelasan lisan
searah. Sebagai motivator dalam hal ini adalah guru bidang studi.
4)
Perlu dijadwalkan program membaca
wajib yang bersifat ekstrakurikuler. Sebagai motivator adalah kepala sekolah.
5)
Perlu diprogramkan lomba karangan
antarsiswa sebagai wahana pembentuk kebiasaan dan minat baca. Siswa membaca
agar dapat menulis dengan baik. Sebagai motivator dari langkah ini adalah
Depdikbud atau kepala sekolah.
b.
Dimensi Sosiokultural
Strategi pengembangan dari dimensi ini antara lain
:
1)
Para
orang tua, guru, dan pembimbing perlu membentuk kebiasaan membaca pada dirinya
terlebih dahulu sehingga siswa atau anak dapat mengikuti kebiasaan atau
kegemaran tersebut. Ini berarti keluarga menjadi pengembang dari minat baca
pada anak. Sebagai motivator dari langkah ini adalah guru, orang tua atau
pembimbing. Adanya perpustakaan keluarga akan semakin berdampak positif
terhadap timbulnya membaca ini.
2)
Dibentuk kelompok baca berdasarkan
minatnya. Sebagai motivator dari dimensi ini kepala sekolah, OSIS atau karang
taruna.
c.
Dimensi Pskologik
Strategi pengembangan dari dimensi ini antara lain
dengan:
1)
Perlu disediakan buku dan bahan
bacaan yang selaras dengan kebutuhan serta tingkat anak dalam jumlah yang besar
dan mutu yang tinggi. Sebagai motivator dalam langkah ini adalah pimpinan
perpustakaan, kepala sekolah, dan orang tua.
2)
Perlu digalakkan penulisan buku
dan bahan bacaan, penerjemahan atau pengemporan buku yang mampu merangsang
fungsi pengamatan dan penalaran anak. Sebagai motivator dalam langkah ini
adalah penulis buku, penerbit buku, pusat perbukuan, dan lain-lain.
3.
Cara Cerdas Membaca
Membaca merupakan sebuah keahlian dan seni yang tak
semua orang menguasainya. Banyak orang yang menghabiskan waktu yang sangat
panjang dalam membaca, namun hasil dan manfaatnya sedikit sekali.
Berikut ini adalah beberapa kiat untuk siapa saja yang
ingin menjadi pembaca yang baik dan cerdas serta dapat mengambil manfaat.
Beberapa kiat menjadi pembaca tersebut adalah:
a.
Berusahalah memahami kata demi
kata dari bahan bacaan. Kemudian, kaitkanlah antara kata yang satu dengan yang
lainnya. Dengan demikian keahlian membaca akan semakin baik dan meningkat.
b.
Konsentrasikan pikiran terhadap
bahan bacaan. Di samping itu, pergunakan kedua mata anda sesuai kadar kemampuan
akal untuk menguasai topic atau ide pokok yang terkandung dalam beberapa baris
kalimat suatu buku.
c.
Pilihlah tempat yang tepat,
suasana yang menyenangkan, dan sinar cahaya yang sesuai dengan mata.
d.
Membaca dengan suara keras dapat
menghalangi seseorang dalam membaca.
Karena itu, sangat baik bagi orang yang kemampuan bacanya masih lemah agar
tidak membaca dengan bersuara. Tapi, sebaiknya hanya dengan gerakan mulut,
melafalkan kata demi kata dengan tenang melalui tenggorokan, atau hanya
menggambarkannya dalam akal saja.
e.
Buatlah catatan penting di pinggir
atau catatan kaki yang bisa memberikan keterangan tambahan dari bahan bacaan.
f.
Selesai membaca, ajukanlah
pertanyaan pada diri sendiri, lalu berikanlah penjelasan secara ringkas.
g.
Bukalah setiap lembar buku
tersebut dari halaman pertama hingga halaman terakhir. Kemudian tanyakanlah
pada diri anda, mengapa saya membaca buku ini serta apa manfaatnya?
4.
Bagaimana Membaca Cepat
Sekarang kita ini hidup pada era yang instant, sepat,
dan teknologi maju. Tolak ukur keahlian dan potensi diri seseorang sangat
bergantung pada kemampuan membaca yang cepat dan efektif.
Karenaj itu, membaca cepat tidak bertentangan dengan
penguasaan materi yang dibaca seperti yang sudah sangat popular di
tengah-tengah kita. Seorang pembaca biasa akan menghabiskan waktu yang cukup
lama hanya karena cara bacanya yang masih lambat.
Padahal, sebenarnya hal itu tidak diperlukan. Seorang
pelajar menengah atau mahasiswa bisa mempercepat presentase bacanya sehingga
20% hingga 25%, dan itu tidak memengaruhi kemampuannya dalam memahami bacaan.
Di sisi lain membaca cepat memang telah menjadi
tuntutan hidup sekarang, serta hal tersebut akan memberikan cukup banyak waktu
yang tersisa untuk kita. Berikut ini kami sajikan kiat-kiat membaca cepat:
a.
Paksa diri membaca dengan cepat.
Berkenaan dengan masalah ini, berusahalah dengan keras. Sejak hari ini,
mulailah memaksakan diri untuk membaca dengan cepat. Bacalah sebuah topic dua
atau tiga kali dengan cepat, guna memperoleh topic utama. Selanjutnya bacalah
dengan serius untuk mengetahui rinciannya.
b.
Bacalah ungkapan dan
kalimat-kalimat yang ada dalam buku,
jangan membaca kata-katanya.
c.
Bacalah dengan melompat-lompat dan
berilah tanda khusus pada topic yang penting.
d.
Lepaskan dirimu dari hiruk pikuk,
keributan, atau hal-hal lain yang bisa membuyarkan konsentrasi.
e.
Konsentrasi penuh dan berinteraksi
dengan khayalan dalam ide dan topi yang disajikan dalam buku.
f.
Duduklah dengan benar dan rileks,
tetapi tidak berarti terlalu santai.
g.
Memilih waktu yang sesuai dengan
jenis bacaan yang akan dibaca.
BAB
III
PENUTUP
- Kesimpulan
Merujuk pada isi pembahasan, makalah ini dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1.
Bahasa adalah alat yang sistematis
untuk menyampaikan gagasan atau perasaan dengan memakai tanda-tanda,
bunui-bunyi, gesture, atau tanda-tanda yang disepakati yang mengandung makna
yang dapat dipahami.
2.
Membaca, merupakan serangkaian
kegiatan pikiran seseorang yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk memahami
suatu keterangan yang disajikan kepada indra penglihatan dalam bentuk lambang
huruf dan tanda lainnya
- Saran
Mahasiswa sebagai tonggak penerus estafet keilmuan
seharusnya memiliki kemampuan lebih dari keterampilan membaca. Sebagai civitas
akademik ia juga dituntut untuk mahir dalam mengembangkan minat bacanya, sehingga
pada akhirnya ia tidak menjadi manusia terbelakang.
DAFTAR
PUSTAKA
Kridalaksana,
Harimurti. 1993. Kamus Linguistik.Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Haris, A.J. dan
Sipay,E.R. 1980.How to Increase Rading Ability.New York:Longman.
Gie, The Liang. 1988.Cara
Belajar yang Baik Bagi Mahasiswa. Yogyakarta:PUBIB.